Monday 26 October 2015

Management Class (Kuliah Manajemen) – Departement of Management, College of Economics and Management – Bogor Agricultural University Lectures Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc

Dalam mengelola suatu lingkungan yang lebih luas cakupannya,  dalam lingkungan global misalnya, tantangan yang dihadapi akan menjadi lebih besar. Hal ini terjadi salah satunya karena adanya perbedaan-perbedaan, baik dalam hal budaya, politik maupun ekonomi. Beruntunglah Bangsa Indonesia memiliki bahasa persatuan yang lebih dikenal dengan Bahasa Indonesia sehingga perbedaan-perbedaan yang ada tidak menjadi penghalang kemajuan tetapi justru menjadi pemicu semangat untuk bersatu dan mempersatukan diri demi cita-cita dan tujuan bersama dalam hal ini sebagaimana yang tercantum dalam dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yaitu terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut terlihat bahwa tidak ada pihak-pihak atau suku-suku di Indonesia yang memprotes dijadikannya bahasa Melayu yang lebih dikenal kemudian dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Kelebihan lain dari Bahasa Indonesia ialah sifatnya yang egalitarian, mudah (simple) dan dapat diterima.
Selain adanya perbedaan-perbedaan tersebut, tantangan lain dalam mengelola lingkungan global yaitu munculnya para pesaing baru secara tiba-tiba,  adanya peningkatan ketidakpastian, ketakutan dan kegelisahan yang dialami masyarakat, penyesuaian terhadap perubahan lingkungan global serta yang paling penting yaitu menghindari “parokialisme”. Parokialisme merupakan sudut pandang (perspektif) yang memiliki pandangan sempit terhadap dunia atau dengan kata lain tidak melihat sudut pandang orang lain tetapi melihat dunia dari sudut pandang dirinya saja serta tidak mengakui bahwa orang lain hidup dan bekerja dengan cara yang berbeda. Secara umum, terdapat tiga sudut pandang dalam melihat dunia yaitu sikap etnosentris, polisentris dan geosentris. Sikap etnosentris ialah suatu keyakinan parokialistis yang memandang bahwa pendekatan dan praktek kerja yang paling baik adalah yang berasal dari negara asalnya. Sikap polisentris merupakan pandangan bahwa para manajer di negeri tuan rumah (host country) lebih mengetahui pendekatan dan praktik terbaik untuk menjalankan bisnis sehingga orang-orang lokal lah yang ditempatkan sebagai manajer karena mereka dinilai lebih tahu situasi dan kondisi di daerahnya. Terakhir, sikap geosentris yaitu suatu pandangan berorientasi dunia yang memusatkan perhatian pada penggunaan dan pendekatan orang yang terbaik dari seluruh dunia sehingga siapa pun bisa bekerja dan menjadi manajer asalkan memiliki keahlian atau skill yang lebih baik.
Dampak dari adanya pengelolaan pada suatu lingkungan global atau lebih dikenal dengan globalisasi ialah timbulnya kerja sama atau perjanjian perdagangan yang mempengaruhi persaingan (kompetisi) global, baik untuk skala regional maupun secara global. Beberapa contoh perjanjian perdagangan regional, yaitu: The European Union (EU), merupakan pasar tunggal yang menghapuskan hambatan dalam hal bepergian, pekerjaan, investasi dan perdagangan sebagai upaya untuk menghadapi kekuatan ekonomi  dari AS dan Jepang; North American Free Trade Agreement (NAFTA), menghubungkan perekonomian AS, Meksiko dan Kanada dengan menghapuskan hambatan atas perdagangan bebas; blok perdagangan bebas di Amerika Latin seperti Free Trade Area of Americas (FTAA) dan Southern Cone Common Market (Mercosur); Association of Southeast Asian Nations (ASEAN); dan African Union. Sedangkan perjanjian perdagangan global misalnya The World Trade Organization (WTO) yang berfungsi sebagai organisasi global yang mengatur perdagangan antar negara, mengawasi dan mempromosikan perdagangan dunia dan saat ini memiliki 145 negara anggota.
Organisasi global terdiri dari tiga jenis, yaitu: Multinational Corporation (MNC), Transnational Corporation (TNC) dan Borderless Organization. Pertama, Multinational Corporation (MNC) merupakan perusahaan dengan pendekatan etnosentris karena menjalankan operasional di banyak negara tetapi pembuatan keputusan utama dilakukan di perusahaan di negara asal. Contoh: Sony, ExxonMobil, Deutsche Bank. Kedua, Transnational Corporation (TNC) merupakan organisasi dengan pendekatan polisentris karena menjalankan operasional di banyak negara dengan cara mendesentralisasikan pengelolaan perusahaan (terutama strategi pemasaran) pada manajemen lokal. Contoh: McD. Ketiga, Borderless Organization atau organasasi tanpa batas negara merupakan perusahaan dengan pendekatan geosentris karena menjalankan operasional di banyak negara dengan cara menghilangkan hambatan geografis yang bersifat artifisial melalui penghapusan pembagian divisi berdasarkan negara (penghapusan divisi struktural).
Terdapat tiga tahap proses globalisasi atau tahapan-tahapan perusahaan menjadi global yaitu sebagai berikut:
Tahapan I – Passive Response:
–   Melakukan ekspor (menjual produk yang dibuat di dalam negeri ke luar negeri) atau impor (menjual produk yang dibuat di luar negeri di pasar dalam negeri)
–    Merupakan langkah yang membutuhkan investasi paling minim dan dengan risiko yang paling minim pula. Umumnya perusahaan memulai bisnis global dengan cara ini.
Tahapan II – Initial Overt Entry (Langkah awal memasuki pasar luar negeri dengan cara yang lebih jelas/terbuka)
–    Upaya yang dapat dilakukan:
¤ Menjual produk di pasar asing dengan cara mengirimkan karyawan perusahaan ke luar negeri untuk melakukan perjalanan bisnis secara rutin atau melalui perantaraan agen/perwakilan di negara asing.
¤  Membuat kontrak dengan perusahaan lain di luar negeri untuk membuat produk perusahaan. Contoh: Nike.
–    Perusahaan tidak memiliki karyawan di luar negeri.
Tahapan III – Established International Operations (Operasional secara internasional):
–    Merupakan upaya paling intensif dalam mengejar pasar global.
–    Upaya-upaya yang mungkin dilakukan:
¤  Menjual lisensi/hak waralaba, yakni menjual hak kepada perusahaan lain untuk menggunakan nama merek, teknologi, atau spesifikasi produk/jasa perusahaan. Lisensi, untuk perusahaan manufaktur sedangkan waralaba untuk perusahaan jasa.
¤ Aliansi Strategis, merupakan kemitraan antara perusahaan dengan perusahaan asing, dimana kedua perusahaan saling berbagi sumber daya dan pengetahuan serta risiko dan imbal hasil.
¤ Perusahaan Patungan (Joint Venture), antara perusahaan dengan perusahaan asing sepakat untuk membentuk perusahaan baru yang terpisah dan independent dari kedua perusahaan.
¤ Anak Perusahaan di Luar Negeri (foreign subsidiary), membutuhkan investasi langsung di negara lain untuk pendirian kantor atau fasilitas produksi baru yang terpisah & independen. Upaya ini merupakan upaya yang membutuhkan paling banyak sumber daya dan memiliki risiko terbesar.
Peralihan dari satu tahapan ke tahapan selanjutnya membutuhkan investasi yang makin besar dan dengan risiko yang kian besar pula.
Hal paling penting yang harus dilakukan oleh setiap individu, organisasi maupun negara dalam mengelola lingkungan global (globalisasi) ialah melakukan reposisi dalam menghadapi tantangan-tantangan sekaligus harus mampu memanfaatkan setiap kesempatan yang diakibatkan dengan kata lain harus mampu melihat peluang dalam setiap tantangan bukan sebaliknya, melihat tantangan dalam setiap peluang.

Laode Nurdiansyah – Department of Geophysics and Meteorology,  Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Bogor Agricultural University

Bagaimana Stakeholder bekerja dalam sebuah organisasi? Apa pengaruhnya bagi keputusan manajerial dan budaya organisasi?
Laode Nurdiansyah – Department of Geophysics and Meteorology,  Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Bogor Agricultural University

Kelas pengantar manajemen tentunya memiliki budaya. Apakah budaya itu berpotensi menghambat dosen? lihatlah tujuh dimensi organisasi. Pilihlah unsur kebudayaan itu, dan jelaskan!
Kelas pengantar manjemen tentunya memiliki budaya karena terdiri dari individu-individu. Namun ada unsur dari dimensi organisasi yang ada pada kelas manajemen menurut kami yang menghambat dosen yaitu orientasi hasil. Kelas pengantar manajemen terdiri dari mahasiswa-mahasiswa minor dari berbagai departemen dan mayor yang tentunya mengharapkan nilai akhir yang bagus. Dengan hanya memperhatikan orientasi hasil, secara tidak langsung kurang menitikberatkan pada proses. Sehingga dosen pun kesulitan untuk mengetahui apakah mahasiswa pengantar manajemen dapat menyerap ilmu dengan baik atau tidak.
Laode Nurdiansyah – Department of Geophysics and Meteorology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Bogor Agricultural University

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita mendengar istilah manajemen atau manajer. Untuk lebih memahami istilah tersebut, ada baiknya jika kita mendefinisikan dahulu istilah-istilah tersebut. Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Ricky W. Griffin, manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan. Sedangkan efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Sehingga dengan kata lain, efektif menyangkut tujuan dan efisien menyangkut cara dan lamanya suatu proses mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajer adalah orang yang bekerja sama dan memanfaatkan orang lain dengan cara mengoordinasikan dan mengintegrasikan aktivitas kerja untuk mencapai tujuan.


Ada empat hal dasar yang dilakukan oleh seorang manajer, yaitu: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pengarahan (Actuating/Directing), dan Pengawasan (Controlling). Perencanaan merupakan proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat  untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Pengorganisasian merupakan proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. Pengarahan merupakan proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. Sedangkan pengawasan merupakan proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan yang dihadapi.


Manager dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yang terdiri dari tingkatan paling atas hingga paling bawah, yaitu Top Managers, Middle Managers, First Line Managers, dan non Managerial Employees. Top Managers ialah orang yang mengoordinasikan suatu organisasi secara keseluruhan seperti Rektor, Ayah, Presiden, dll.,Middle Managers dan First Line Managers ialah orang yang mengoordinasikan  orang lain di bawahnya dalam bidang tertentu misalnya Kepala Bagian atau Kepala Departemen, sedangkan non Managerial Employees bertugas mengoordinasikan diri sendiri dan apa yang dikerjakannya misalnya Karyawan. Setiap tingkatan memiliki pendekatan skillsmasing-masing. Top Managers memiliki pendekatan konsep berfikir, yang mengatur segala keputusan kebijakan. Middle Managers dan First Line Managers memiliki pendekatan humanis atau bekerja sama. Sedangkan terakhir, non Managerial Employeesmemiliki pendekatan teknis.

No comments:

Post a Comment